Sistem Panen Hujan

Faktor-faktor klimatik di daerah
arid dan semi-arid ini memngisyaratkan bahwa kita harus dapat memanfaatkan
jumlah curah hujan yang terbatas seefisien mungkin. Salah satu cara untuk dapat
melakukan hal ini adalah memanfaatkan air limpasan permukaan (runoff) dengan
jalan “PEMANENAN AIR”. Cara lain adalah memperbesar infiltrasi dan penyimpanan
air hujan dalam tanah (penyimpanan dan konservasi lengas tanah). Keuntungan
dari teknik-teknik pemanenan air hujan dan penyimpanannya dalam tanah di daerah
arid dan semi arid dapat diikhtisarkan berikut ini. Lebih banyak air tersedia
bagi tanaman dapat mewujudkan kepastian produksi dan tingkat hasil tanaman yang
lebih tinggi. Selain itu, dengan cara-cara ini dimuingkinkan suplai air bagi
tanaman di lahan kering, yang pada kondisi yang biasa tidak dapat berproduksi.
Jumlah air di bumi sangat banyak;
namun jumlah air bersih yang tersedia hanya 30 % sisanya adalah air laut belum
dapat memenuhi permintaan sehingga banyak orang menderita kekurangan air.
Chiras (2009) menyebutkan bahwa kekurangan air dipicu naiknya permintaan
seiring peningkatan populasi, tidak meratanya distribusi air, meningkatnya
polusi air dan pemakaian air yang tidak efisien, penebangan dan pengalihan
fungsi hutan sebagai perkebunan sehingga hutan bukan sebagai penyimpan air
bersih. Beberapa penelitian mengindetifikasi bahwa pada rumah tangga kekurangan air diperburuk
kebocoran air akibat kerusakan home appliances yang tidak segera diperbaiki,
pemakaian home appliances yang boros air, perilaku buruk dalam pemakaian air,
ketiadaan pengolahan limbah yang baik air rumah tangga maupun industri dan
minimnya pemanfaatan air hujan sebagai sumber air alternatif. Pemakaian air
yang tidak terkontrol terutama di
kota-kota besar akan mengancam keberlanjutan air, sehingga perlu dilakukan
konservasi air. Salah satu metode konservasi air dalam rumah tangga adalah
memanen air hujan, yaitu mengumpulkan, menampung dan menyimpan air hujan.
Kebanyakan teknik untuk
mengumnpulkan air biasanya menggunakan sumber air yang besar seperti sungai dan
groundwater (mis. Sumur dan system irigasi), dan memerlukan investasi sekala
besar. Tetapi di banyak Negara dunia, beragam metode sekala kecil dan sederhana
telah dikembangkan untuk menangkap dan mengumpulkan air limpasan permukaan
(runoff) digunakan untuk beragam tujuan produktif. Kalau limpasan permukaan ini
dibiarkan saja akan dapat menyebabkan erosi tanah, runoff ini dapat dipanen dan
dimanfaatkan. Beragam teknik memanen air
dengan aneka ragam aplikasinya telah
tersedia.
Pemanenan air hujan ini ditujukan
untuk memanfaatkan runoff, penyimpanan lengas tanah bertujuan untuk mencegah
runoff dan menyimpan air hujan di tempat dimana ia jatuh dari langit sebanyak
mungkin. Perbedaan di antara dua macam teknologi ini tidak terlalu jelas, terutama kalau daerah-tangkapan hujan
(penghasil runoff ) sekalanya sangat kecil. Selain itu, teknologi penyimpanan
lengas tanah dapat diaplikasikan di daerah lahan budidaya pertanian.
Memanen air hujan merupakan
alternative sumber air yang sudah dipraktekkan selama berabad-abad di berbagai
negara yang sering mengalami kekurangan air (Chao-Hsien Liaw & Yao-Lung
Tsai, 2004). Air hujan yang dipanen dapat digunakan untuk multi tujuan seperti
menyiram tanaman, mencuci, mandi dan bahkan dapat digunakan untuk memasak jika
kualitas air tersebut memenuhi standar kesehatan (Sharpe, William E., &
Swistock, Bryan, 2008; Worm, Janette & van Hattum, Tim, 2006).
Secara ekologis ada empat alasan
mengapa memanen air hujan penting untuk konservasi air (Worm, Janette &
Hattum, Tim van, 2006), yaitu:
1. Peningkatan kebutuhan terhadap
air berakibat meningkatnya pengambilan air bawah tanah sehingga mengurangi
cadangan air bawah tanah. Sistem pemanenan air hujan merupakan alternatif yang
bermanfaat.
2. Keberadaan air dari sumber air
seperti danau, sungai, dan air bawah tanah sangat fluktuatif. Mengumpulkan dan
menyimpan air hujan dapat menjadi solusi saat kualitas air permukaan, seperti
air danau atau sungai, menjadi rendah selama musim hujan, sebagaimana sering
terjadi di Bangladesh.
3. Sumber air lain biasanya
terletak jauh dari rumah atau komunitas pemakai. Mengumpulkan dan menyimpan air
di dekat rumah akan meningkatkan akses terhadap persediaan air dan berdampak
positif pada kesehatan serta memperkuat rasa kepemilikan pemakai terhadap
sumber air alternatif ini.
4. Persediaan air dapat tercemar
oleh kegiatan industri mupun limbah kegiatan manusia misalnya masuknya mineral
seperti arsenic, garam atau fluoride. Sedangkan kualitas air hujan secara umum
relatif baik.
·
TEKNOLOGI
PANEN AIR HUJAN
-
Prinsip-prinsip Panen Air Hujan
Pemanenan-air-hujan dalam makna
yang luas dapat didefinisikan sebagai kegiatan pengumpulan runoff untuk
penggunaan yang produktif. Runoff dapat ditangkap dan dikulpulkan dari cucuran
atap atau dari permukaan lahan, atau dari sungai-sungai musiman. Sistem
pemanenan air yang memanen runoff dari atap-bangunan atau dari permukaan lahan
termasuk dalam kategori “pemanenan air hujan”, sedangkan semua system yang
mengumpulkan runoff dari sungai-sungai
musiman dikelompokkan dalam kategori “pemanenan air banjir”.
SIKLUS HIDROLOGI
Siklus hidrologi: Pentingnya
hujan dalam siklus hidrologi (FAO. 1991)
Sebagian tertentu dari lahan,
daerah tangkapan-air, dibiarkan tidak diolah. Air hujan yang jatuh di
daerah-tangkapan ini dialirkan ke petakan lahan yang diolah dan ditanami.
Runoff dapat juga dikumpulkan di area budidaya tanaman dengan menggunakan
metode-metode konservasi lengas tanah (bangunan-bangunan yang terbuat dari
tanah atau batu), yang memungkinkan air hujan ber-infiltrasi ke dalam tanah dan
menjadi tersedia bagi akar tanaman.
Teknik-teknik pemanenan air hujan
bersekala kecil dapat menangkap air hujan dan runoff dari daerah-tangkapan yang
kecil, meliputi lereng-lereng yang pendek, panjang lereng kurang dari 30 m
(daerah-tangkapan mikro). Pemanenan air hujan pada lereng lebih dari (30m –
200m), di luar lahan pertanian budidaya juga dapat dilakukan. Gambar 3
menyajikan contoh sistem daerah tangkapan sekala mikro.
·
Kondisi yang dipersyaratkan panen air hujan
-
Iklim
Pemanenan air hujan sangat sesuai
untuk daerah-daerah semi-arid dengan rataan curah hujan tahunan (300-700 mm).
Teknologi ini juga dipraktekkan di beberapa daerah arid dengan rataan curah
hujan tahunan (100-300 mm). Di kebanyakan daerah tropis, periode utama curah
hujan terjadi selama periode panas
’summer’, pada saat alju evaporasi sangat tinggi. Di daerah tropis yang lebih
kering, risiko kegagalan panen tanaman lebih besar. Biaya struktur pemanenan
air hujan juga lebih tinggi karena haruis dibuat dengan sekala lebih besar.
·
Kemiringan Lereng
Pemanenan air hujan tidak
direkomendasikan pada lahan dengan kemiringan lebih dari 5% karena distribusi
runoff tidak merata, erosi tanah intensif dan biaya pembuatan bangunan
penangkap air hujan juga mahal.
Gambar 3. Daerah
Tangkapan (catchment) Mikro (Critchley, 1991)
Tanah dan Pengelolaan Kesuburan Tanah
Tanah-tanah di zone budidaya
harus cukup tebal sehingga mempunyai kapasitas simpanan air yang cukup besar,
dan tanahnya subur. Tanah-tanah di daerah-tangkapan air harus mempunyai laju infiltrasi yang rendah. Untuk
kebanyakan sistem pemanenan air, kesuburan tanahnya harus diperbaiki, atau
dipertahankan, supaya tetap produktif dan lestari. Peningkatan ketersediaan
lengas tanah dan peningkatan produktivitas tanaman yang dihasilkan dari
kegiatan penangkapan air hujan akan berdampak pada eksploitasi hara tanah yang
lebih besar. Tanah-tanah berpasir tidak terlalu banyak memberikan nilai-tambah
dari kegiatan pemanenan air hujan ini, kecuali kalau pada saat yang bersamaan
juga ditingkatkan kesuburan tanahnya.
Tanaman
Salah satu kriteria utama untuk
memilih teknologi panen air hujan adalah kesesuaiannya dengan jenis tanaman
yang akan ditanam. Akan tetapi, jenis tanaman juga dapat disesuaikan dengan
struktur bangunan pemanen air hujan. Beberapa karakteristik umum dalam kaitannya
dengan kebutuhan air disajikan dalam bagian lain.
Perbedaan penting di antara
tanaman tahunan (misalnya pohon) dengan tanaman semusim adalah bahwa pohon
memerlukan konsentrasi air pada titik-titik tertentu, sedangkan tanaman semusim
biasanya lebih diuntungkan kalau distribusi air lebih merata ke seluruh areal
pertanaman. Distribusi air yang merata dapat dicapai dengan jalan meratakan
tanah garapan. Rerumputan lebih toleran dengan kondisi distribusi air yang
tidak merata dibandingkan dengan tanaman biji-bijian lainnya.
Ada tiga komponen dasar yang harus ada dalam
sistem pemanenan air hujan yaitu: 1) catchment, yaitu penangkap air hujan
berupa permukaan atap; 2) delivery system, yaitu sistem penyaluran air hujan
dari atap ke tempat penampungan melalui talang; dan 3) storage reservoir, yaitu
tempat penyimpan air hujan berupa tong, bak atau kolam. Selain ketiga komponen
dasar tersebut, dapat dilengkapi dengan komponen pendukung seperti pompa air
untuk memompa air dari bak atau kolam penampung. (Worm, Janette & van
Hattum, Tim 2006; Chao-Hsien Liaw & Yao-Lung Tsai 2004).
Kendala yang dihadapi dalam
memanen air hujan antara lain frekuensi dan kuantitas hujan yang fluktuatif
serta kualitas air hujan belum memenuhi pedoman standar air bersih WHO. Ada dua
isu terkait kualitas air hujan, yaitu isu bacteriological water quality dan isu
insect vector.
Pertama, isu bacteriological
water quality. Air hujan dapat terkontaminasi oleh kotoran yang ada di
catchment area (atap) sehingga disarankan untuk menjaga kebersihan atap.
Penampung air hujan juga harus memiliki tutup agar terhindar dari kotoran.
Bacteria tidak dapat hidup di air yang bersih. Lumut dapat hidup jika ada sinar
matahari menembus tong penampung air, oleh sebab itu tong penampung air hujan
sebaiknya dibiarkan gelap dan diletakkan di tempat teduh agar lumut tidak dapat
tumbuh.
Kedua, isu insect vector.
Serangga dapat berkembang biak dengan meletakkan telurnya dalam air. Oleh
karena itu sebaiknya tong penampung air ditutup rapat untuk menghindari masuknya
serangga seperti nyamuk. Ada beberapa metode perlakuan sederhana dalam
pemakaian air hujan, antara lain: merebus air akan mematikan bakteri,
menambahkan chlorine (35ml sodium hypochlorite per 1000 liter air) akan
mendisinfeksi air, filtrasi pasir (biosand) akan menghilangkan organism
berbahaya (Thomas, tanpa tahun). Worm & van Hattum (2006) menyebutkan
sekarang dikembangkan teknik SODIS (Solar Water Disinfection) yaitu botol
plastic yang sudah dicat hitam diisi air dan dijemur beberapa jam dengan tujuan
untuk mematikan bacteria dan mikroorganisme dalam air hujan.
Di Taiwan secara tradisional
praktek memanen air hujan banyak dilakukan di daerah yang memiliki persediaan
sumber air permukaan atau air bawah tanah yang terbatas (Chao-Hsien Liaw &
Yao-Lung Tsai 2004). Hasil pengamatan penulis menunjukkan meskipun memanen air
hujan merupakan teknik yang sederhana, murah dan tidak membutuhkan keahlian
atau pengetahuan khusus namun belum banyak dilakukan di Indonesia. Padahal
praktek memanen air hujan penting sebagai alternative sumber air. Diperkirakan
sebagian besar masyarakat belum menyadari pentingnya memanen air hujan sebagai
salah satu upaya menghemat air akibat kurangnya pengetahuan dan informasi.
Selain itu kemungkinan masyarakat juga merasa yakin tidak akan mengalami
kekurangan air karena secara umum air melimpah di Indonesia. Untuk mengetahui
lebih detail mengenai hal itu tentu perlu dilakukan penelitian secara lebih
lanjut. Dari fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa diperlukan peran pemerintah
agar praktek memanen air hujan dapat dilakukan secara luas. Pemerintah perlu
melakukan komunikasi, informasi dan edukasi public agar masyarakat dapat
tertarik perhatiannya, memahami, menyadari dan bersedia melakukannya di rumah
masing-masing. Jika memanen air hujan dipraktekkan secara luas, maka masalah
kekurangan air pada aras rumah tangga dapat dihindari. Berikut ini contoh
desain sistem memanen air hujan yang sederhana yang dapat diterapkan masyarakat
pada aras rumah tangga.
Berikut ini contoh praktek
memanen air hujan di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Cambodia,
Bangladesh, Sri Lanka, dsb.
Untuk memenuhi permintaan air
yang persediaannya semakin terbatas terutama diperkotaan, diperlukan upaya
konservasi air. Memanen air hujan merupakan salah satu metode konservasi air
yang dapat dilakukan oleh masyarakat dalam rumah tangga dan juga mencegah
terjadinya banjir di perkotaan. Upaya konservasi air memerlukan komitmen dari
semua pihak terhadap isu keberlanjutan air. Apabila memanen air hujan
dipraktekkan secara berkesinambungan akan dapat membantu memelihara
keberlanjutan air dan keberlanjutan lingkungan sebagai pendukung perikehidupan
generasi sekarang dan yang akan datang.
http://warasfarm.wordpress.com/2012/12/06/teknologi-panen-air-hujan-alternatif-sumber-air-dan-mencegah-banjir/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar